Senin, 04 Januari 2010

Yang Tak Terlupakan

 Liburan Awal Tahun 2010 (bag 2)


Perut sulit diajak damai. Badan sebenarnya minta dibaringkan. Apalagi mata seperti diganduli besi berat, sulit sekali untuk dibuka.  Seluruh sendi ngilu. Kreteek...kreeetek...bunyi batang leher, pinggang, siku-siku juga buku-buku jari tiap kali dibengkokkan paksa. Tapi, rasanya terlalu sayang untuk melewatkan malam di Lembang yang sejuk.

Hujan begitu deras ketika kami keluar mencari makanan khas Lembang. Tidak ingin di warung Brebes, karena sebelumnya pernah kecewa. Kali ini memilih kaki lima yang kelihatannya ramai : Warung Bu Iing. Bermacam menu disodorkan. Mulai dari nasi bakar isi oncom atau teri. Aneka pepes dari tahu, ayam, ikan mas, atau gorengan tahu-tempe, bakwan jagung-kentang, jeroan, babat juga ada. Untuk makanan terakhir ini saya berusaha menghindar agar kolesterol tak naik. Tetapi ada satu makanan yang sulit saya tolak : pete bakar. Baunya merebak betul-betul menggugah selera makan. Berbagai menu itu disajikan secara prasmanan. Ambil sendiri, bayar kemudian.

Harus saya akui warung Bu Iing tergolong murah. Dua bungkus nasi bakar, dua papan pete bakar, dua perkedel, satu pepes ayam, sepotong ayam bakar, tahu-tempe, dua tusuk ceker goreng dan segelas jus jeruk cuma Rp 49 ribu.  Syahwat makan saya sulit terbendung. Semua santapan ludes dalam hitungan menit. Begitu juga istri saya. Ia begitu menikmati nasi bakar teri yang disajikan hangat-hangat, cocok di saat hujan seperti itu.

Penilaian saya terhadap warung itu berubah drastis ketika saya terngiang-ngiang akan ketan bakar yang dibeli siang tadi saat macet. Penjaja pinggir jalan hanya membandroli Rp 2.500 per buah, tapi warung Bu Iing memintanya Rp 5.000. Saya coba tawar tapi tak bisa. Bukan itu saja yang mahal. Burger bahkan dijual Rp 17.500. Asem...mengapa jadi selangit harganya. Apa ia ingin memanfaatkan momen liburan. Ah, tapi mestinya untuk menarik pengunjung jangan begitu. Toh, warung itu juga sudah dipenuhi pembeli, kok.


Saya akhirnya mencari ketan bakar di tempat lain dengan harga Rp 10.000 per tiga biji. Meski dengan bumbu oncom dan kacang, saya tetap merasakan nikmat ketan bakar sebelumnya karena terasa gurih : perpaduan dari ketan dan kelapa yang ditumbuk halus.

Malam bergerak lambat,...saya dan istri tak bisa menikmati malam itu sepenuhnya, karena Vito sudah tertidur begitu kami hendak berangkat makan malam. Dalam kesyahduan remang lampu tidur yang dipasang separuh, krikikan jangkrik yang bersahutan serta gigitan udara dingin yang menyelinap dari kisi-kisi jendela, kami menghabisi malam hingga larut.....

Kelelahan kami sepanjang hari ini terbayar sudah. Kebahagiaan tiba-tiba buncah menusuk ke ubun-ubun...kasih-sayang yang tercurah malam itu sungguh sulit dilupakan.....(bersambung)

Tidak ada komentar: