Senin, 25 Januari 2010

Menjajah "Surga"

Sebuah Tinjauan film “Avatar”
Manusia memang rakus. Kalau perlu, “surga” pun dijajah.  Di saat bumi membutuhkan begitu banyak mineral, mungkin juga tempat tinggal, maka planet lain disasar untuk  dijadikan objek penelitian untuk kemudian diduduki. Adalah Pandora, planet sempurna yang menyerupai bumi. Di sana tersimpan unobtanium bernilai menggiurkan. Sekepalan kecil unobtanium bisa dijual hingga 20 juta dolar AS !!

Pandora memiliki kekayaan sehebat bumi. Hutan lebat dengan batang besar-besar, berotot akar yang lingkarnya saja sepelukan orang dewasa. Tak berbeda dengan di bumi, pohon-pohon di Pandora juga berwana hijau. Kelebihan pohon-pohon di Pandora, akar mereka saling koneksi memancarkan sinyal transduksi yang memungkinkan adanya komunikasi. Seperti syaraf otak pada manusia, pohon-pohon itu bisa menyimpan dan menyerap informasi.

Beberapa jenis agak unik. Terdapat pohon serupa putri malu yang jika disentuh langsung menciut sebesar jamur. Bedanya, pohon berduri merah ini mirip trombon besar yang mulutnya melingkar-lingkar. Ada juga jenis tanaman yang  memancarkan warna biru di daunnya. Rambut-rambut pohon menjuntai memamerkan cahaya putih benderang. Rumput-rumput yang jika diinjak memendarkan warna. Air sungai juga mengalir jernih, biru bergelombang.

Beberapa binatang juga unik. Ubur-ubur berterbangan di udara memantulkan cahaya di sekujur tentakelnya. Terdapat pula tokek yang merayap di pohon dan tiba-tiba memutar terbang mirip gasing, lagi-lagi mengeluarkan sinar menyilaukan jika disentuh. Semua tumbuhan begitu hidup di malam hari, seperti ada neon di dalamnya. Itulah surga rekaan James Cameron. Untuk menyempurnakan imaji tentang surga, pulau-pulau tidak memijak di tanah dan terhubung dengan laut, tapi menggantung di langit-langit : lengkap dengan air terjun, awan dan pelangi.

Seperti planet lainnya, manusia tidak bisa berhirup di udara bebas tanpa bantuan masker beroksigen. Tapi anehnya, semua kehidupan di Pandora sama seperti di bumi.  Termasuk suku yang mendiami planet itu, Na’Vi. Entah dengan zat apa mereka bisa hidup.Yang sangat membedakan, mereka bertubuh raksasa, bermata mirip macan, memiliki buntut, kulitnya biru agak bersisik, dan mukanya yang dipenuhi merling-merling yang memantul jika terkena sinar.

Untuk keperluan penelitian dikirimlah Jake Sully (Sam Worthington), mantan marinir yang cacat kaki akibat perang. Jake tidak dikirim seperti wujud aslinya. Melalui program Avatar yang dikembangkan, memungkinkan Jake mengendalikan tubuh Avatar yang terhubung melalui jaringan syaraf otak di dalam sebuah kapsul. Tidak mudah  bagi Jake diterima oleh suku Na’Vi meski ia telah diyakinkan oleh Neytiri (Zoey Zaldana), perempuan dari suku Na’vi yang secara kebetulan menolongnya ketika tersesat sehabis dikejar binatang mirip badak bercula jaman purba. Dan terengah-engah menumpas serigala hitam bercaling stalagtit berkaki enam.

Niat baik selalu tak bisa disembunyikan dari hati. Ketika sebuah tanda dari Eywa-roh suci kepercayaan suku Na’vi- dipertontonkan,  Jake akhirnya diterima dan mulai beradaptasi. Hingga ia bisa menguasai sejumlah alat, cara bertempur, lihai berburu rusa bermulut mekar. Menungang kuda berkaki enam dan akhirnya bisa menaklukkan seekor Ikran, burung terbang bermuka bengis, bertaring dan hanya bisa dikendalikan oleh seorang Na’vi yang terpilih. Mereka terhubung lewat rambut panjang para Na’vi yang menyatu dengan Tsahaylu, serupa buntut panjang yang menjuntai di tengkuknya. Jake pun diangkat menjadi bagian klan Omaticaya.

Misi berubah. Sejumlah peneliti yang dipimpin kepala program Avatar, Grace Augustine (Sigourney Weaver- si wanitayang identik dengan “Alien”), menentang penyerbuan demi kandungan unobtanium ditangkap. Rumah pohon yang begitu besar, tempat berlindungnya suku Na’vi pun dirobohkan. Jake tak lagi dipercaya dan diusir, terutama oleh kekasihnya Neytiri. Ia coba meyakinkan tetapi gagal   karena  tetap dianggap sebagai mahluk asing dari langit yang berkhianat. Membocorkan segala rahasia suku Na’vi.

Jake sudah terlanjur cinta Pandora beserta kehidupan di dalamnya. Tumbuh-tumbuhannya, binatang-binatangnya dan tentu saja Neytiri. Sepanjang mata memandang, usai penyerbuan, ia melihat Pandora seperti neraka. Hutan ludes terbakar, binatang lari terbirit-birit persis seperti hutan bumi yang dibabat dan dibakar demi sebuah nafsu materi. Puluhan Na’vi mati tertimpa pohon dan terbakar. Termasuk ayah Neytiri. Jake beserta temannya berikrar ingin menghentikan syahwat serakah manusia bumi, terlebih setelah Grace tewas dimoncong senapan para tentara rakus.

Ia pun menaklukkan Turok Makto, burung pemangsa super raksasa. Kibasan mahluk berwarna merah itu mungkin tujuh lipat besarnya dari Ikran, yang hanya bisa dikendalikan oleh orang yang memang dipilih, dan hanya lima dari suku Na’vi yang pernah menungganginya. Dengan mengendarai Turok ia memimpin peperangan dengan makhluk langit, yang tak lain para tentara begundal dengan senjata moderen dan robot-robot selincah manusia yang berhasrat tinggi menghancurkan Pohon Harapan, tempat keramat suku Na’vi.

Akhir cerita berbiaya 400 juta dolar AS ini mudah ditebak. Quaritch, kepala tentara yang berambisi menguasai Pandora bisa dihabisi. Kebaikan selalu menang, sangat sederhana. Tapi di tangan Cameron semua terasa lain. Kecangihan dan imaji bisa diwujudkan begitu nyata, terlebih jika menikmatinya melalui teknologi 3D. Masyarakat dunia pun kini gandrung dengan “Avatar”. Terbukti, sejauh ini keuntungan film yang telah diendapkan Cameron selama 10 tahun itu telah meraup nyaris 1,3 milyar dolar AS, mendekati film Cameron  sebelumnya, “Titanic” yang menanggok untung 1,8 milyar dolar AS.

Film-film Cameron selalu ada pesan tersirat yang bisa dipetik. Ia ingin menyampaikan bahwa alam perlu dijaga dan ketamakan hanya akan menghancurkan alam. Suku-suku primitf  bisa musnah dan habitat binatang-binatang porak, hancur ditebas tangan-tangan kemaruk. Jake memutuskan ingin bergabung dengan suku Na’vi dan menetap. Mahluk langit pun dikembalikan ke bumi. Tempat dimana ketamakan dan kehancuran dipelihara. []

Bojong Kulur : 25:01:2010

Tidak ada komentar: