Kamis, 21 Januari 2010

Pulangnya Sang Penolong

Ketika cerita sebelumnya baru saja selesai, sebuah SMS berdit-dit dari ponsel Nokia saya. Tapi saya diamkan dan meneruskan aktivitas tidur siang. Paling-paling penawaran kredit yang makin banyak saja akhir-akhir ini. Selang dua menit SMS datang lagi, saya tetap bergeming. Saya paling tidak rela, waktu tidur terganggu untuk urusan gak penting seperti itu. Dua ponsel yang tergeletak di samping saya, langsung saya silent. Tidur pun bisa lebih tenang hingga satu setangah jam ke depan.

Begitu terjaga dan bersiap mandi ke kantor, saya tilik SMS. Panggilan tak berjawab sampai hampir sepuluh. Saya buka ternyata dari mas-mas dan mbak-mbak saya. Saya mendadak gelisah, karena pasti ada sesuatu maha penting. SMS pun bertumpuk tiga. Saya buka isinya : Innalillahi Wa Inailaihi Rojiun, telah berpulang Mas Muchyi hari ini. Dikebumikan besok. Mhn disebarluaskan informasi ini ke sdr dan kerabat dekat kita. Siapa yg mau hadir besok? SMS itu hanya beberapa menit dari meninggalnya yang tercatat pada pukul 14.30 tanggal 19 Januari 2010.

Saya putuskan untuk menghadiri dan memberikan penghormatan terhadap orang yang sudah begitu berjasa pada kerluarga kami. Ia adalah wali ketika saya menikah 13 September 2003. Mas-mas saya juga diwakilkan olehnya ketika pernikahan mereka dulu. Dari delapan anak, hanya mas keenam saya yang berhalangan ikut karena bertugas di Lampung. Mas yang dari Denpasar "terpaksa" mempercepat kunjungannya ke Jakarta, dari  semestinya Kamis.
 
Berangkat dengan dua mobil, kami tiba di rumah duka pukul 01.15 dini hari, Rabu. Dihadapan jasadnya kami tak kuasa menahan tangis. Air mata ini sulit terbendung, tumpah membasahi pipi. Kami tersedak-sedak berusaha menguasai tangis agar bisa dikendalikan. Memori ini sontak berputar dari kelopak mata yang menutup. Sebuah layar di pelupuk memberikan kenangan tentang jasa-jasa yang pernah diberikannya pada keluarga kami.

Ia, yang telah mengangkat kehidupan ekonomi keluarga kami. Tiga dari kami, berhasil diterima di Posgiro berkat kebaikan hati dan ketulusannya. Meski sukses, ia tak pernah melupakan kerabat. Begitu banyak orang yang telah ditolong. Bukan dengan memberikan ikan, tapi kail agar kami bisa berjuang dan menghargai sebuah usaha. Pilihannya membantu sama sekali tanpa pamrih. Hampir semua orang yang ditolongnya adalah yang memang berhak untuk itu : mengalami kesulitan absolut seperti yang keluarga kami alami.

Tapi berkat tangan ikhlasnya, ia telah membuka jalan bagi keluarga kami untuk lebih baik. Saat ini, alhamdulillah semua anak-anak lelaki dari Musimin berhasil menuntaskan kuliah dan menikah. Dua anak perempuan lainnya bisa berdikari sendiri. Tentu ini berkat sumbangsihnya meski tidak langsung, melainkan lewat tangan-tangan mas dan mbak saya yang telah dibantunya.

Di sudut hati, kami berdoa semoga ia bisa tersenyum karena amalan-amalan yang telah menemaninya di barzah. Di fana, ia tetap memiliki tempat dalam relung terdalam kami. Selamat jalan Sang Penolong ..[]

Jakarta, 21 Januari 2010

Tidak ada komentar: