Senin, 04 Januari 2010

De' Ranch

Liburan Awal Tahun 2010 (bag 3)

Vito membangunkan kami yang sedang terlelap. Ia sangat ceria di pagi yang belum sempurna itu. Kabut masih terlihat tipis dalam jarak pandang terbatas. Villa De' Rossa memang memiliki view  lumayan. Disamping kiri terpampang savana yang menakjubkan : bukit berundak-undak memamerkan pohon yang mengayun-ayun dan rumput-rumput hijau membentang. Kontrasnya, di sebelah kanan terjejer mobil-mobil plat Jakarta dengan tubuh penuh lumpur.

Suara kuda sayup meringkik pelan di pelataran hotel. Bau kotorannya mengingatkan saya ketika pulang ke rumah mbah di Klaten. Saya selalu naik dokar tiap kali mengunjunginya dari stasiun Klaten ke Karang Turi. Rupanya, di Lembang dokar masih menjadi sarana transportasi penting. Di musim liburan panjang seperti itu, dokar lebih banyak digunakan untuk melayani turis-turis domestik. Kebisingan kecil anak-anak yang bermain  di lapangan rumput hotel belum bisa menggoda kami untuk angkat kelopak mata. Udara dingin Lembang masih begitu lekat menyelimuti malas kami.

Cuma semangat Vito-lah yang sanggup membangkitkan kami. Ia berulang-ulang menggugah badan saya yang menempel rapat di kasur. Kalau tak berhasil, ia balikan badan  dan giliran istri saya yang jadi sasaran. Hingga akhirnya kami pun menyerah dan terjaga. Sadar bahwa liburan ini sepenuhnya untuk menyenangkan Vito, kami bersegera mandi.

Sarapan dari pihak hotel tinggal sisa-sisanya saja. Maklum kami masuk resto setengah jam sebelum tutup jam 10. Para tamu sudah khatam makan dengan sajian : nasi goreng, telur balado dan kentang-bihun yang pedas dengan minyak berkilat-kilat. Kerupuk sebagai pelengkap juga tandas, yang ada hanya rempahannya saja.  Vito tentu sulit makan dengan rasa nyelekit lidah seperti itu. Maka, ia cuma mencici setangkup roti isi gula dan susu murni yang memang banyak di sekitar Lembang.

Pilihan kami untuk memilih Villa De' Rossa tidak terlalu salah, meski harganya naik menjadi Rp 350 ribu, jauh dari harga normal yang cuma Rp 250.000.  Jalan masuk ke hotel juga rusak parah. Inilah nilai kurang dari hotel yang sebenarnya baik itu.


Lima ratus meter dari sana, terdapat arena wisata berkuda yang seringkali masuk liputan teve : De' Ranch, bermain kuda ala cowboy.  Kami sengaja berjalan kaki menuju De' Ranch. Lumayan bisa menghirup udara segar dan sedikit berolah-raga. Di lapangan parkir saya lihat mobil antri mencari tempat. Lokasi ini memang luar biasa luas.Sejauh mata melihat hanya ada hijaunya rumput dan pohon pinus. Kuda-kuda berkeliaran di antara pengunjung. Ada yang ditunggangi dengan pemandu bertarif Rp 15 ribu per lap. Ada juga yang menggunakan dokar Rp 25 ribu per tiga orang.

Atau, kalau yang pingin ekslusif pilih di lapangan tengah seharga Rp 75 ribu untuk setengah jam. Kalau kurang puas, bisa ambil les tunggangan sejam, tapi harus rela merogoh kocek Rp 125 ribu.  Saya rasa wajar karena pengajarnya pun spesial. Saat  saya mengunjungi terlihat pemilik De' Ranch langsung yang melatih. Dialah Billy Mamola. Pria yang tanggal 3 Februari mendatang  berumur 56 tahun itu memang terkenal penggila kuda. Sepanjang usianya ia selalu menunggang. Jangan heran jika ia kini sukses memadukan hobi dan bisnis. Itu sebabnya ia rela melepaskan bisnisnya yang lain demi mengembangkan mimpi kecilnya.

De' Ranch bukan saja mengandalkan  kuda-kuda untuk dijadikan wisata, tapi juga pengalaman yang dimirip-miripkan penunggang kuda dari Texas sana. Pengunjung bisa mengenakan rompi, topi dan sepatu ala cowboy yang dipinjamkan secara gratis. Untuk melengkapi tempat hiburan seluas lima hentar itu, juga disediakan mainan lain semisal flying fox, panjat dinding, naik rakit, perahu fun, arena sepeda, memerah susu, memberi makan sapi, melihat proses pasteurisasi susu sebelum siap minum, juga tempat bermain balita dan anak-anak. Pengunjung sebelumnya diberi welcome drink yang bisa dipilih, susu atau yogurth. Berbagai jajanan juga ditawarkan.


Dari sekian banyak mainan yang ada, vito meminta  menunggang kuda  dan bermain perahu fun. Juga sekedar melihat-lihat karena waktu yang terbatas, mengingat jam sudah menunjukkan   pukul 11.10, saatnya balik ke Hotel untuk berkemas. Agar lebih berkesan, kami pulang menggunakan dokar dari De' Ranch seharga Rp 30 ribu.

Perjalan menggunakan alat transportasi kuno itu harus dilewati dengan rasa penyesalan karena sendal Yongki Komaladi yang baru saja dibeli terpaksa tanggal di jalan, saat dokar melaju kencang di jalan bebatuan....(bersambung)

Tidak ada komentar: